Kamis, 23 Januari 2014

“2012, CAMBUK pelayaranku”

Waktu pun berjalan begitu cepat, tak terasa usia semakin meningkat. Ya, terutama pada diriku yang sekarang berusia 18 tahun. Sebut saja namaku Lusi. Aku masih duduk di kelas akhir tingkat SMA. Katanya aku siswi yang bisa di bilang pandai di sekolah. Namun,  Aku adalah putri bungsu dari keluarga yang amat sederhana. Dengan 2 bersaudara, aku dan kakak laki-lakiku. Hidup di suatu daerah nan terpencil pada atap sebuah gubuk. Orangtuaku bekerja sebagai serabutan. Banting tulang kesana-kemari demi menghidupi keluarganya. Aku hidup berdampingan dengan gubuk nenek dan kakekku.
Tepat tahun 2012, tahun yang begitu menggemparkan bathin manusia di seluruh dunia. Desas-desus tentang kiamat yang diramalkan oleh Suku Maya ini, mencekam hati setiap insan. Bahwasanya dunia akan hancur dengan dahsyatnya.
“Ahhh........ itu hanya isu saja. Hanya Tuhan yang tahu hal abstrak ini” Pikirku dalam hati ketika melihat berita tentang ramalan kiamat itu.
**
Ayam jago pun berkokok. Matahari menyapa dunia dengan senyumnya. Burung-burung bernyanyi dengan suara merdunya. Aku terbangun, kemudian berangkat sekolah. Saat istirahat,  salah satu temanku dengan badan yang gagah, tinggi, ganteng dan putih menghampiriku,
“Heiii lusi, kenapa kau diam saja?” Tanyanya
“Eh kamu Roy, nggak apa-apa ko.” Jawabku dengan detak jantung yang begitu kencang karena jujur aku menyukainya.
“Ayolah.... bilang saja, barangkali aku bisa bantu.” Rayunya sambil memegang pundakku.
“Aku bingung, bingung banget. Bisa-bisa kepala ini pecah!!!” Jawabku dengan nada tinggi
“Kenapa emang?” Tanyanya kembali.
“Aku belum bayar SPP, aku nggak tau ikut ulangan apa nggak.......” Jawabku dengan sedih.
“Oh My God, tenang saja. Aku punya usaha yang bagus. Usaha yang bisa merubah kehidupanmu. Pokoknya kamu bakalan tertarik deh.” Jawabnya dengan semangat.
“Emang usaha apa?” Tanyaku penasaran.
“Pulang kamu ada acara nggak? Kalau nggak ada acara nanti bakal aku jelasin deh dirumahku. Ayolah, mari kita bareng-bareng membangun istana kesuksesan. ” Rayunya.
Mendengar kata-kata puitis yang tersirat kegombalan itu, hati ini terasa melayang ke cakrawala.
Di perjalanan menuju rumahnya, aku terus bertanya-tanya kepada Roy. Setiap kali aku bertanya, Roy selalu menjawab “nanti saja disana”. Sebel banget bathin ini mendengar pernyataan itu. Setelah sampai rumahnya, ia langsung menjelaskan kepadaku. Wow, aku begitu takjub dan tertarik banget tentang usaha itu. Hari itu pun, aku mulai bergabung usaha itu.
**
Setiap hari sepulang sekolah, aku menjalankan usahanya. Banyak hal yang didapat dalam usaha itu misalnya penghargaan, kesehatan, pengembangan diri dan finansial. Aku sungguh lebih semangat dari pada hari-hari sebelumnya. Aku senantiasa berfikir positif bahwa aku pasti bisa. Namun, dalam menjalankan usahaku ini, aku terkadang pulang malam.
Kala nenekku jatuh sakit sekitar bulan Agustus mendekati bulan Ramadhan, aku izin tidak ikut sementara agenda-agenda usaha. Aku sangat sedih melihat nenek yang sudah terbujur tak berdaya di kasur. Makan pun tidak bisa hingga dibantu dengan menggunakan sedotan. Dalam hati, ingin banget membawa nenek ke rumah sakit, namun apa daya tak punya biaya. Tepat pukul 02.31 WIB, Tuhan lebih sayang kepada beliau hingga di panggil olehNYA. Semua keluarga dalam keadaan berduka. Kini kita menyambut hari Raya Iedul Fitri tanpa kehadiran seorang nenek disisi.
Hari-hari terus berlalu, sambil berjalan minum air. Ya, aku bersekolah sambil berusaha. Kala Bulan Oktober tiba, Ujian pun datang kembali menerka keluarga kita. Kakek tersayang yang mengasihi kita, kini menyusul nenek yang sudah menjadi bidadari di syurga. Kini hari Raya Iedul Adha tanpa sang kakek.
**
Bulan berganti bulan, begitu banyak kejadian di masa lampau yang sungguh mengiris hati. Kini di tambah kejadian yang sangat tidak dibayangkan olehku sebelumnya. Aku sungguh kaget, ketika ibuku mengalami hal yang sama kala waktu aku masih balita. Kejadian yang sungguh menggemparkan seluruh masyarakat di daerah itu. Ibuku ada yang bilang terkena guna-guna atau apalah semacam itu. Tingkah lakunya yang aneh, tutur katanya yang keras hingga kadang kala menangis dengan rerintihannya. Aku sampai tidak fokus dengan sekolah dan usahaku.
“Mamah ini sebenarnya tidak di guna-guna, cuma faktor kelelahan. Lihat saja tubuhnya yang begitu rapuh dan kusut. Dengan daging tumbuh yang senantiasa ada di sekujur dada dan tubuh hingga menggerogotinya. Ibu perlu refreshing yang banyak misalnya ke daerah pegunungan sambil terapi disana. Usulku, mendingan sekarang bawa saja ke daerah Sumadi.” Jelas kakakku.
“Iya nggak apa-apa nak. Kebetulan ayah punya uang.” Jawab ayahku.
Ibuku langsung dibawa ke daerah tersebut.  Aku tidak ikut mengantarnya karena menjaga rumah. Untaian doa terus aku panjatkan kepada Allah untuk kesembuhan ibuku. Hingga aku tertidur di malam hari.
“BIADAB!!!!!!!!!!!!!” aku langsung terbangun dan kaget mendengar kata-kata itu dan ternyata menunjukan pukul 23:56 WIB.
Ibuku mengamuk dengan kata-kata kotor dan kasar yang dilontarkannya, energinya begitu kuat sampai tak ada seorang pun yang mampu menghentikannya. Kadang ia mengaung seperti srigala, menggonggong seperti anjing dan banyak kejadian kejadian aneh yang ia tampilkan ke kita.
“Ya Allah....... miris banget melihat kejadian ini. Sembuhkan ibu Ya Rabb” Doaku dalam hati.
Aku terus berdoa, keluarga pun terus mendoakannya. Namun semakin hari, semakin menjadi. Ibuku malah bertindak sungguh sangat aneh. Terus ngomong yang tak jelas, tertawa, dan menangis. Aku sungguh sangat , sangat dan sangat sedih. Bathin ini tidak konsen untuk memikirkan yang lain. Sampai nilai ulanganku turun drastis dan usahaku terhambat. Aku tidak peduli itu, yang aku pedulikan saat ini adalah bagaimana ibuku sembuh.
Haripun berjalan dengan cepatnya, tepat hari Minggu,  16 Desember 2012. Bulan dimana katanya detik-detik kiamat yaitu menuju tanggal 21 Desember 2012. Saat ku lihat ibuku, ternyata ibu tidak lagi bersuara. Tidak bisa makan bahkan minum. Lemas, lelah, rapuh dan kusut badannya. Sinar matanya nan indah tak bisa tuk menerawang indahnya dunia. Hembusan nafas, denyut nadi dan detak jantungnya nan begitu sangat lemah. Tubuhnya pun terbujur tak berdaya.
“Lusi, cepat panggil saudara yang lain. Soalnya ini nggak ada harapan lagi tuk hidup” Pinta tetanggaku yang memperkirakan ibuku tidak akan lama lagi hidup.
“Ya Allah........ aku sungguh nggak tega melihat ibuku kaya gini. Ibuku sudah nggak berdaya lagi. Aku belum bisa membahagiakan beliau. Ya Allah, aku percaya keajaibanmu akan datang. Ibuku nggak akan pergi meninggalkanku karena aku belum menjunjung tinggi beliau. Sembuhkanlah Ya Rabb” doaku.
Aku tak henti-hentinya menangis sambil berdoa dengan penuh pengharapan kepada Allah yang punya segala-galanya. Aku mengharapkan ada keajaiban yang bisa membangkitkan power pada ibuku. Linangan air mata terus mengalir membasahi pipih hingga ke pakaianku. Ini sungguh bagiku sebuah kiamat, Kiamat dalam kehidupanku. Dari ditinggal nenek, kakek dan detik-detik ibuku. Tapi, aku mengharapkan ibuku jangan sampai dipanggil sebelum aku bisa membahagiakannya.
Kala hati bak teriris dengan samurai. Tiba-tiba, mendengar angin segar dari sang dokter yang selesai memeriksanya bahwa ibuku hanya kurang darah dan masih ada kemungkinan hidup dengan terapi.
Setelah beberapa hari berlalu, akhirnya ibuku sembuh. Kini ibuku bisa beraktifitas dengan lancarnya. Aku makin sayang banget sama ibuku, aku berjanji ingin membahagiakan kedua orangtuaku. kejadian tahun 2012 ini, menjadikanku sebagai anjing gila dalam pelayaran hidupku. kala aku tak sanggup, lelah dan menyerah dalam menggapai asa, aku senantiasa melihat dan mengenang masa lalu itu sebagai motivasiku. Aku selalu ingat kata-kata dari Roy,
“Mendingan kita korbankan waktu kita sekarang dan jangan pernah putus asa. Inget, kita akan menyesal kalau kita belum mempersembahkan hal yang terindah buat orangtua atau orang yang kita sayangi, karena faktor mereka sudah di panggil olehNYA. Berhubung belum terlambat, semangatlah dalam menggapai asa kita”
**
Aku terus berjuang dalam usahaku. Beberapa tahun kemudian, usahaku berkembang dengan pesat.  Sungguh kenikmatan yang luar biasa, kejadian yang pahit “2012” itu, menjadikan kehidupanku lebih manis. Aku kini bisa membangun rumah sendiri, menghajikan orangtuaku dan taraf kehidupanku semakin lebih baik. Aku bersyukur kepada Allah atas apa yang aku dapatkan selama ini dan kejadian yang telah memberi hikmah yang luar biasa. Ternyata, sepahitnya pengalaman itu akan menjadikan kita sebagai cambuk untuk kedepan yang lebih baik.


“Syurga dari Varanus salvator Island”


Lingkaran unik nampak dari cakrawala
Dalam rengkuhan luasnya samudera
Terlukis warna dengan proporsi yang sama
Menambah kesejukan di kala memandangnya

Kala mendekat
Sungguh lubuk hati begitu terpikat
Hingga raga merasakan semua nikmat
Dalam keindahan yang amat dahsyat

Tanaman bakau dengan hijaunya
Menari-nari saat angin menyapa
Hamparan nan begitu terbentang
Hingga hati nyaman dan riang

Taman laut tertata dengan rapi
Terumbu karang nan amat asri
Ikan hias berenang sambil menari
Keajaiban yang sungguh mematri hati

Kala senja tiba
Puluhan Varanus salvator mencari mangsa
Melangkah, merayap dengan tergesa-gesa
Menuju tepian pantai nan indah
Berkompetensi dalam mencapai asanya

Pulau Biawak nan megah
Keindahannya sungguh amat sempurna
Hidup di sana bak di sebuah syurga
Hingga semua mata terkesima

Semua insan bisa merasakan kecantikannya
Tetapi, kita harus menjaga dan melestarikannya
Agar keindahannya tak kan sirna
Sebagai warisan untuk anak cucu kita